Pada Sebuah Hati : Johan ( Part 2 )

Wednesday, August 02, 2017



“ Kok bisa pinjam 4 buku yang kembali cuma 3 buku? “

Sepertinya Bu Eni kembali mengasah hobi lamanya, memaki! Kulihat perempuan yang diteriaki dengan nama “ Sarah ” hanya menundukkan kepala. Ya! Karena aku yakin wajah Bu Eni benar benar menyebalkan. Percayalah!

Kembali ku dengar Bu Eni menanyakan kemana sisa buku yang dia pinjam. Haha. Aku hanya tertawa geli, terlebih jika aku melihat wajah perempuan itu atau bahkan mendengarkan jawabannya. Biarkan saja perempuan itu lama di maki oleh Bu Eni, biar dia kapok! Sarah sarah, dasar perempuan yang . . . . entahlah!

Aku segera mengemasi barang barangku, dan mengembalikan buku yang rencananya aku baca di perpustakaan. Rencananya . . . tapi ternyata tidak semuanya terbaca. Hanya saja Feminist Thought akan ku bawa pulang, toh bukunya nganggur. Sambil tersenyum, segera aku berjalan menuju meja Bu Eni, dia sudah paham betul apa yang akan aku lakukan. Pasti. Kulihat perempuan aneh itu sudah diambang pintu. Biarkan dia pergi saja. Dia kembali menoleh ke dalam ruang. Sorot matanya terlihat sangat menyelidik. Sekali lagi dia melihatku dan untuk kesekian kalinya aku mengabaikannya.

“ Kenapa sih bu sama perempuan itu? ” Tanyaku pada Bu Eni

Hish Kok ada ya perempuan seperti dia. Pinjam buku 4 dibalikin Cuma 3 ”

Kuperhatikan mulut Bu Eni lancar memaki, pasti! karena aku juga pernah mengalami di maki oleh Bu Eni. Mungkin akibat latihan setiap hari. Sesekali Bu Eni melirik menunjukkan sikap sebal kepada perempuan itu. Kuperhatikan pula perempuan itu masih di ambang pintu. Bukankah tidak baik seorang perempuang berdiri di ambang pintu? Katanya tidak akan mendapatkan jodoh. Begitu yang aku dengar. Tapi kalau dilihat dari perempuan yang di mabang pintu perpustakaan, dia, Ya! Dia yang bernama Sarah, sepertinya dia tidak akan mendapatkan jodoh. Kalaupun dapat, sungguh sangat luar biasa sabar laki laki tersebut. Mungkin dia akan dapat jaminan surga dari Tuhan. Senyum tersungging dari bibirku, kau tahu bagaimana orang tersenyum? Tapi jelas aku menghina dia.

“ Plak! ”

“ Aduh, kenapa sih bu main pukul saja ? ” protesku

“ Kamu diajak orang tua ngomong malah lihat yang lain lain! Apa ibu kurang menarik? ” sungguh manja, sayang sekali sudah tua

Kami kembali tertawa, aku menyodorkan buku yang akan aku pinjam selama berberapa pecan ke depan. Seperti biasa aku di suruh menunggu sebentar. Segera kuarahkan pandangan ke segala arah. Tak luput ke arah pintu. Kulihat dia masih di sana. Kenapa dengan dia? Apa dia kesurupan? Masa bodo

“ HAN! Masih saja melamun. Ini maksimal kembali tanggal 10 Agustus ya. Jangan lupa kalau sampai telat jadi mantu ibu! ”

Kami kembali tertawa bersama. Segera aku berpamitan. Mantu ibu? Yang benar saja, anaknya saja baru berusia kira kira 12 tahun. Ada ada saja ibu yang satu itu.

Aku keluar dari perpustakaan, melewati perempuan cengengesan. Ah aku malas menyebutkan namanya, sungguh. Aku bergegas untuk pulang dan melanjutkan membaca buku Feminist Thought karya Rosmarie Tong.

“ Mas mas! Tunggu sebentar! “

Aku menoleh heran siapa yang memanggilku. AH SIAL! Kenapa perempuan itu, kenapa lagi coba? Aku berhenti dan dia berdiri di depanku sambil ngos ngosan.

“ Mas, itu buku yang kamu bawa boleh aku pinjam nggak? ” sambil nunjuk buku yang aku bawa, sama, dia masih ngos ngosan

“ Buku ini? ” sambil aku tunjukkan dan aku pastikan buku yang aku bawa adalah buku yang benar benar dia cari

“ Iya mas, buku itu ” Kulihat dia memberikan aku senyuman? Gila! Tidak enak di pandang sama sekali. Wajahnya benar benar berantakan. Aku mencoba tersenyum dan kembali menurunkan buku yang aku tunjukkan

“ Mau berapa bulan baca bukunya ” sindirku

Senang sekali aku mengejekknya. Dia menundukkan kepala, aku yakin dia malu! Jelas sekali dia malu, dia kembali tersenyum. Nah, kali ini lebih enak di pandang. Suasana menjadi hening sejenak. Aku menunggu apa yang akan dia ucapkan nyatanya tidak. Niat apa tidak sih pinjam buku?

“ Silahkan, kamu boleh pinjam bukunya ” aku memasang muka pura pura baik

Kulihat dia mendongakkan kepalanya dengan segera, matanya melotot. Kaget? Entahlah apa yang dia pikirkan aku tidak peduli. Kusodorkan buku tersebut kepadanya. Dia terslihat sumringah. Kutarik kembali sebelum dia sempat menyentuh buku tersebut

“ Selesaikan paling lama 3 hari. Bagaimana? ” jelasku

" Wah Gila! " teriaknya

" Siapa yang gila? Aku atau kamu? atau buku ini yang gila? "

Kulihat dia membekap mulutnya. Keceplosan? Sudah kuduga, dari pembawaannya dia dia perempuan ugal ugalan. Aku membalikkan badan, aku tersenyum puas! Tinggal tunggu saja apa yang akan dia perbuat


Part 1 bisa di baca di sini
Ingin baca versi Sarah? Klik : http://www.farihikmaliyani.com
BERSAMBUNG KE PART 3 )

You Might Also Like

7 comments

  1. Wah senang sekali membaca cerita seperti ini yang menggambarkan 2 sudut pandang yang berbeda. Bagaimana pola pikir laki laki dan perempuan tergambar jelas

    Lanjutkan :)

    ReplyDelete
  2. Wah keren banget.Yang versi sarah juga.Dari gaya bahasanya juga berbeda, kesannya memang penulis yang ngalamin haha

    Semangat ya. Di tunggu lanjutan ceritanyaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah terima kasih, silahkan di nantikan kelanjutannya ya dari versi Johan maupun Sarah :)

      Delete
  3. Lanjut gan! Ceritanya menarik, ditunggu Part 3 nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap bos, kalau ada cerita baper boleh lah di share ke saya wkwk

      Delete

Followers

Total Pageviews

Translate