“ Sudah sepertinya semesta
tidak mengijinkan aku dan kamu bertemu, dan akan lebih senang ketika semesta
melihat aku dan kamu saling merindu. Cuku saja rindu. Cukup merencana tanpa
harus pernah terlaksana. Semua sudah terencana, tapi apa daya tidak akan pernah
terlaksana walau sudah sedemikian rupa mendampa. Rencana tetaplah indah,
biarkan saja tetap menjadi kisah. Kisah yang terkenang rapi tanpa harus
mengingat dengan susah. Ah sudah. Kamu tahu? Aku menanggapnya buaian ketika
kamu berkata “ Tidak apa, waktu masih ada. Mari berusaha bersama! ” dan kamu
tahu, saat itu juga aku merasa bahwa aku lelah menunggu dan berlalu. Seperti
itu diriku. “
“ Aku sempat bahagia sesaat
ketika kita berjanji untuk bertemu, tapi itu membuatku tersesat. Begitu jauh
aku tersesat bahkan hanya untuk sebuah janji untuk bertemu sesaat. Kamu
berjanji masih ada waktu, namun aku yakin kamupun meragu. Sudahlah tak perlu
menghibur. Aku yakin kamu juga lelah menunggu. Benar, bukankah begitu? Bahkan
waktu yang kau butuhkan untuk menungguku lebih lama daripada diriku. Meski kau
berkata mampu berdiri di atas ketidakpastian, namun kamu akan menungguku sampai
kapan? Mari kita sadarkan diri, bahwa bertemu adalah suatu mimpi “
*****
Aku menarik nafas panjang. Tak seperti biasanya, kali ini berbeda. Entah
mengapa ada sesuatu yang bahkan tidak bisa dijelaskan tapi bisa dirasakan. Aku
tidaklah lelah menunggu, tenang saja aku sendiri baik-baik saja. Aku masih
sama. Tak ada yang berbeda dari sedia kala. Jika kau merasa aku berbeda, simpan
saja mungkin kau yang benar. Mari kita simpan saja. Benar mungkin waktu yang
aku butuhkan lama. Namun tidak begitu lama, hanya saja sedikit lama dari yang
kau rasa. Tidak masalah, tetap saja aku masih sama dan baik – baik saja. Andai
saja kita dekat, bukan dari hati saja namun juga tempat. Aku tak akan sungkan
datang dan bilang “ maaf membuatmu menunggu lama ”. Tidakkah kau ingat sesuatu
saat aku mengatakan “ Aku menyukaimu ” dan kau membalasku dengan “ Aku perlu
bukti ”. Benar, mungkin lima tahun belum cukup?
Tidak apa – apa mari kita belajar dan tetap berjalan bersama. Dengan begitu
kau akan tahu bahwa di luar sana ada laki laki yang sangat susah menguatkan
perasaan untuk menyatakan perasaan. Ada laki – laki yang dengan kikuk
membuktikan bagaimana dirinya layak dan membuatmu layak. Tidak ada waktu yang
terbuang sia-sia hanya karena menunggu. Jika menunggu adalah mimpi lantas
bagaiamana? Akankah kau bergegas untuk
bangun atau terus melanjutkan mimpi sampai kau siap terbangun dengan sendirinya?
Tak ada salahnya untuk mimpi, kalau itu yang membuatmu merasa nyaman. Bukan
begitu? Seperti aku . . . . . .
#terserahpadamu
Di tulis 31 Mei
2019