Aku Kamu

Wednesday, January 16, 2019


Image Source : Google


Aku senang ketika melihatmu, ketika bersamamu, ketika mendengarkanmu. Mendengarkan cerita darimu, tidak ada cerita lain yang lebih menggoda selain darimu. Karena bersamaan itu, aku bisa mengamatimu, seluruhmu, dan detailmu. Terutama detail wajahmu. Dari rambutmu hingga seluruh wajahmu. Dan aku? Aku tak perlu ragu lagi untuk mengamatimu. Tak perlu alasan apapun lagi untuk bisa melihatmu, sedekat jari dan kuku.

Aku senang ketika bertemu denganmu. Tanpa sembunyi aku tak perlu lagi memandangmu, sekali lagi diteailmu. Aku tak perlu lagi menunggu kabar atau cerita darimu, cerita atau berita yang selalu aku tunggu. Aku hanya perlu menopang dagu sambil memandangmu. Sesekali tersenyum padamu, setuju pada ceritamu, atau bahkan menantang ceritamu. Itu yang selalu aku tunggu, kapan lagi aku bisa meamandangmu tanpa ragu?

Aku senang lauapan emsoimu, karena dalam ceritamu selalu kau tak ragu menatapku. Tanpa ragu. Dan mata kita bertemu. Tanpa perlu menggerutu, aku menikmati itu. Apa kau juga begitu?  Kau tau? Jika hadirmu selalu aku tunggu, tentu saja dengan semua ceritamu, karena aku tak perlu lagi menunggu, menunggu kesempatan untuk berdua denganmu. Tak apa jika kau bukan bercerita tentangku, asal sang pencerita adalah kamu. Sungguh lebih dari cukup bagiku.

Kamu tahu? Kamu sebenarnya lebih berarti daripada cerita ceritamu bagiku. Tentu saja, bukan berarti ceritamu tidak masuk pada diriku, hanya saja kau lebih menarik. Hadirmu dan segala tentangmu, aku selalu menghargai itu. Kau dan segala tentangmu, ceritamu, sosokmu, hadirmu, tawamu, dan sedihmu yang kau curahkan melalui ceritamu, aku simpan, dalam ruang yang tak perlu kau tahu. Cukup aku.

Aku dan kamu. Terkadang ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang ada di dada yang terkadang membuatku tersadar dengan cepat, tercekat! Kita memang sudah dekat, ibarat jari dengan kuku yang tanpa sekat. Cerita tentangnya. Tapi tidak apa apa. Aku senang menjadi pendengar setiamu, dan tentu saja kisahmu. Tapi menjadi pendengar ceritamu memang sangat menyenangkan, aku menjadi semangat. Hingga aku lupa bahwa aku hanya pendengar cerita saja, tanpa ada aku di dalamnya. Dan tentu saja, tidak ada salahnya jika aku mendengar cerita lagi darimu.

You Might Also Like

8 comments

  1. Haduuuuh, maseee... makasih looo udah nulis begini buat aku. Jadi malu ☺️
    Gak nyangka baru kali ini ada yg bisa menghargai wajahku yang jerawatan,
    rambutku yang awut-awutan....

    *ditampol

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haduh jadi ikut malu nih haha. Yang penting PD jadi diri sendiri aja meski awut awutan meski jerawatan biar bahagia haha Ingat yang penting inner beauty

      Salam :D

      Delete
  2. Dan Dia yang tak berani kusebutkan dihadapanmu....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduh sungguh mengena :D

      Terima kasih sudah mampir

      Delete
  3. Anjaaaays, manis parah kalimat-kalimatnya :D

    Terpuitis :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wih mas bro mampir, terima kasih bang sudah mampir :D

      Delete
  4. Mungkin suatu hari dia akan bercerita tentangmu kepada sahabatnya, bahwa ada seseorang yang sudi mendengarkan kisah-kisahnya dengan tulus. Toh, kalaupun enggak, tidak ada salahnya menjadi seorang pendengar. Penulis yang baik biasanya suka mendengarkan. Hehe.

    ReplyDelete

Followers

Total Pageviews

Translate