Aku, mungkin tanpa
menyebut siapa namaku engkau tahu siapa diriku. Aku, bahkan yang tak mungkin
engkau ketahui apa yang telah aku simpan dalam hati ini. Hati ini? Bahkan aku
terkadang lupa untuk apa hati ini tercipta. Apa hanya untuk merasa? Atau memang
tak akan pernah untuk apa - apa? Namun dengan hati ini aku bahagia. Aku tahu
apa yang menjadi tujuan utama hati ini. Bukan kamu, namun do’aku untukmulah
yang menjadi tujuan utama, Dengan mengenal dirimu aku mengerti apa dan lebih
mengenal Tuhan. Tuhan yang menjadi sandaran diriku agar menjadi kuat, Tuhan
yang menjadikan diriku sekarang ini. Tuhanl-lah yang memantapkan diriku untuk
memperjuangkanmu. Andai kamu tahu itu . . .
Kamu. Kamu yang mungkin
membuat diriku seperti ini. Namun, aku berubah bukan karena dirimu. Aku berubah
karena Tuhan, agar Tuhan mengizinkan diriku mengenalmu. Agar Tuhan menjadikan
doaku yang selalu aku panjatkan untukmu disetiap sholatku tersampaikan kepadamu.
Mungkin menyiksa bagi diriku karena hanya mampu mendoakanmu dalam sholatku. Tapi
aku yakin, itu sudah lebih dari cukup membuatku tenang setelah melakukannya.
Karena kamu, aku menjadikan namamu diantara nama nama lain dalam setiap do’aku.
Mungkin, mendo’akanmu adalah rutinitasku. Kamu, menjadi semangatku untuk lebih
baik. Baik bagi diri ini dan orang lain. Kamu, kamu yang membuat diriku
berjuang atas kemauanku sendiri. Aku tidak ingin dilihat oleh dirimu berpura
pura baik di depanmu. Aku hanya ingin engkau
tahu bahwa aku berusaha untuk berubah karena Tuhan, orang tuaku dan
engkau yang selakyaknya aku perjuangkan nantinya jika Tuhan berkehendak.
Aku bahkan cukup senang
jika hanya menyapamu atau engkau yang menyapaku, melihat senyummu menjuntai
dari bibirmu, atau melihatmu dari sudut dimana engkau melihatku. Aku sudah terlampau
senang menghampri mushola hanya untuk sekedar menyemangatiku. Aku sangat senang
jika bisa membaca tulisanmu. Dan aku senang jika aku merindu dirimu. Aku cukup
mengagumimu dan mungkin dirimu pun tahu akan hal itu.
“
Rindu adalah bagian dari kebahagiaan yang menyapamu
Kenikmatan
yang indah
Bagian
dari proses kehidupan, pendewasaan.
Indahnya
pertemuan karena kehadiran rindu yang selalu muncul
Ketika
tak ada rindu, hidup ini kelabu tak berwarna.
Terimakasih rindu, kau adalah bagian dari cinta yang
mendewasakan “
Mungkin kali ini aku
cukup mendo’akanmu agar Tuhan merestui pilihanmu. Mungkin itu cara lain yang
akan membuatku bahagia, engkau juka pasti akan bahagia bukan? Aku membaca
sepenggal puisi yang engkau buat, dan itu membuatku yakin bahwa mungkin
selayaknya aku mendoakanmu agar kau bahagia dengan pilihanmu. Mungkin cengeng
ketika aku membaca puisi ini dengan perasaan di dalamnya. Namun itu yang
terjadi.
“ Telah ku pertahankan untukmu..
Kepadamu.. kau adalah bagian dari masa depan yang
begitu aku tunggu,.
Siapa gerangan namamu, nama yang selalu kusebut
dalam doa.
Nama yang selalu terngiang saat diri ini akan
terlelap tidur,
Kepadamu yang begitu kurindukan dengan segala
kerindua “.
Aku yang disini
menyembunyikan namamu, aku yang disini menjaga namamu agar kau tidak malu
terhadap aibku. Sesungguhnya, aku mendekatimu bukan karena main main. Karena
sesungguhnya aku telah meperjuangkanmu dengan caraku, walau mungkin bagimu itu
lucu. Namun, jika memilikimu membuatmu tidak bahagia. Biarkan tuhan yang
mencarikan dirimu pemimpin yang selayakna Tuhan persiapkan bagimu untuk
menemanimu di dunia sampai di akhirat. Karena itulah hakikat sesungguhnya laki
laki yang mungkin ( pasti ) engkau kehendaki.
“ Tuhan, jika engkau kehendaki dia menjadi milikku,
jadikanlah dia milikku. Namun jika engkau memiliki kehendak lain, Dekatkan dia
kepada orang yang bisa membuatnya lebih dekat denganmu. Yang mampu menuntunnya
dijalanmu. Dan biarkan mereka bergandengan tangan ketika berada di surgamu ”
Selamat malam, semoga
Tuhan selalu menjagamu
Semarang 5 September 2015