AFTER
( Chapter Two )
Chapter Two
“ Sandra ”
Pagi memang baru saja
menyapa. Matahari bahkan tidak teralalu tinggi saat ini. Dua ekor burung nampak
menyambangi ranting pohon yang kini terlihat dari sudut ruang keluarga rumah.
Berkicau entah apapun itu, namun sangat indah. Sementara ranting dan daun daun pohon masih basah sedikit
bergoyang yang seakan akan mereka baru
saja mandi. Tentu saja! Mereka mandi bersama semalam, karena hujan mengguyur
mereka serempak. Bau ebun menyeruak masuk
ke dalam Dewi yang sendari tadi mondar mandir kesana kemari mententeng
berberapa lauk dari dapur hidung. Nampaknya rumah Dewi sudah memiliki aktivitas
tersendiri setiap pagi. Terlihat mbok Sumilah memasak di dapur sedangkan Dewi sibuk menata makanan di meja. Pagi
perlahan mulai berani sekali menampakkan diri dengan sangat cepat, mentari tak
kalah cepat meninggi. Ditengoknya jam dinding di sudut ruang tersebut, ternyata
sudah pukul 05.57 WIB. Dewi mempercepat pekerjaannya sambil kemudian menuju
ujung bawah tangga, tepat di bawah kamar Indra.
“ Indra? Ayo bangun
sekarang saatnya kamu mandi dan berangkat ke sekolah! Mbok
sumilah sudah
memasakkan makanan kesukaanmu ”
Dewi kemudian berlalu
masuk ke kamar dan metata berkas yang
akan ia persentasikan pagi ini kepada klien. Nampaknya Dewi sangat sibuk akhir
akhir ini. Begitu banyak kertas dan berkas berkas pekerjaan yang berserakan di
meja keluarga, bahkan berberapa lembar berjatuhan karena nampaknya Dewi
menumpuknya dengan sembarangan
***
Cahaya mencoba
menerobos masuk dari celah kecil di kamar Indra. Suara ibunya serasa baru saja
ia dengar. Entah benar atau tidak itu suara ibunya, Indra bagun terduduk di
ujung ranjangnya. Masih dengan mata begitu berat sekali untuk dibuka pada pagi
hari ini, tidak begitu lama Indra untuk bermalasan, karena di depannya terdapat
sepeda yang sangat ia inginkan. Indra berjingkat dan melompat sesegera mungkin
menuju ke bawah, bersenandung kecil sambil bertepuk tangan. Tidak seperti
biasanya yang turun masih sambil mengucek matanya.
“ Pagi mah! Pagi mbok!
Indra mau mandi dulu ya ” segera indra berlari ke kamar mandi
“ Indra jangan lari
nanti terpeleset! Bajunya sudah ibu siapkan di depan kamar mandi ” Teriak Dewi
keluar dari kamarnya sambil menenteng berberaapa berkas dan tas yang ia
sematkan di pundak kanannya.
Nampaknya pagi ini Indra
sangat bahagia, ia bernanyi sangat kencang di dalam kamar mandi. Entah lagu apa
yang terlantun dari mulutnya, nampak sepertinya lagu sahabat atau apalah itu.
Detik jam yang biasanya terdengar kini tidak terdengar karenaa nyanyian Indra.
Berberapa saat kemudian, Indra sudah nampak begitu rapi keluar dari kamar mandi
mengenakan seragam lengkap. Tersungging senyum dari mulut kecilnya yang
dilanjutkan senyumnya yang menggoda. Deret gigi putih begitu menggemaskan,
jelas sekali nampak kebahagiaan dari rona matanya. Indra melangkah menuju meja
makan dengan raambut yang masih acak acakan. Terlihat ibunya sudah ada di meja
untuk sarapan
“ Sudah selasai? Cakep
sekali anak ibu. Cepat makan. Mbok sudah masak masakan kesukaanmu. Kalau sudah
selesai, nanti ibu antar kamu ke sekolah ”
“ Maaah . . . Indra
pengen ke sekolah naik sepeda ya mah? Kan sekolah Indra dekat sini ” Pinta
indra mendongakkan wajahnya ke arah Dewi. Rambutnya nampak selesai di rapikan
oleh mbok Sumilah
“ Lho kenapa memang?
Jangan kamu kan sering mamah antar, nanti biar kamu di jemput sama mbok sum
pakai motor. Mamah nanti pulang malam karena ada rapat sayang ”
Indra terdiam lesu,
cepat sekali? Padahal berberapa menit lalu ia nampak bahagia sekali. Indra
memonyongkan mulutnya. Dahinya nampak mengeriyit. Rasanya percuma jika pagi ini Dewi dan Mbok
Sum memasakkan masakan kesukaan Indra, nampaknya Indra tidak menikmati
makannannya, terlihat dari bagaimana ia makan. Sesaat begitu sangat sunyi . . .
“ Mah? ” Tanya Indra
pelan
“ Iya sayang? Ada apa?
” Jawab Dewi menghentikan sarapannya
“ Mamah hari ini sibuk
lagi ya? ” Indra terlihat sangat lesu sekali. Dewi paham apa yang Indra maksut.
Tidak tega sekali melihat Indra setelah pertanyaan itu muncul darinya. Indar
terdiam menatap piring yang ada di depannya. Tangannya sibuk mengaduk aduk
makanan yang tadi ia makan. Dewi memang selalu menyesal ketika harus
meninggalkan putranya sendiri di rumah, tak pernah mengawasinya bermain, bahkan
untuk sekedar menyapanya saja terasa sulit ketika harus mendapati sudah tertidur
di kamarnya. Namun bagaimana lagi, keadaan yang mau tidak mau membuat Dewi
sedemikian sibuk
“ Maafkan mama sayang,
mama hari ini pulang malam. Mama sangat menyesal tapi mama hari ini ada rapat.
Kamu tidak apa apa kan? ”
“ ……………. ” Indra
terdiam, terlihat sekali bahwa kali ini dia begitu sedih
“ Maafkan mama, mama
kan cari uang sayang supaya mama bisa membelikan kado di ulang tahunmu yang
akan datang. Iya mbok? ” Terlihat Mbok Sum memasuki ruang makan sambil membawa
air minum dan dua buah gelas kecil. Seakan paham akan arti kedipan mata Dewi,
Mbok Sum menghampiri Indra
“ Iya den, mamah kan
sayang sama den Indra makanya mamah cari uang buat beli mainan Indra. Lagi pula
kan di rumah ada mbok. Nanti kita main sama sama ya? ”
Terlihat senyum sedikt
tersungging dari wajahnya, nampaknya Indra mulai paham apa yang dilakukan oleh
Dewi. Pikiran anak kecil memang tak serumit orang dewasa, jadi mendengar kata
mainan saja sudah bisa membuatnya
bahagia
“ Mah . . . ” seru
indra namun kali ini dengan senyum yang menjuntai di wajahnya
“ Iya, apa lagi sayang
” nampak kini dewi telah selesai sarapan, mengelap dengan hati hati bibirnya
agar lipstick yang berada di bibirnya
tidak kemana mana
“ Bolehlah ma Indra
naik sepeda ke sekolah. Kan Indra pengen naik sepeda kado ulang tahun Indra
dari mama ” rengek indra. Tak kuasa kali ini Dewi menolak permintaan Indra.
Apalagi ia sangat ingin sekali menaiki sepeda pemberiannya. Dewi mnghela nafas
panjang dan berdiri dari posisinya. Indra juga nampak berdiri sambil terus memandang
Dewi. Dewi nampak bingung mencari sesuatu, kepalanya sibuk melihat kanan kiri
dengan sangat cermat
“ Mbok sum? Saya minta
tolong ya, bawa turun sepeda yang ada di kamar indra. Indra pengen meakainya ke
sekolah mbok ” teriak Dewi sambil mencubit gemas pipi Indra
***
Jam tangan dewi
menunjukkan pukul setengah tuju, mobil sudah ada di luar rumah sepertinya sudah
sangat siap untuk melaju ke tempat kerja. Indra juga sudah nampak siap
menenteng tas berwarna hitam di punggungya. Matanya tak henti henti memandang
heran sepeda yang sedang ia tumpangi. Sepertinya ia juga siap melaju ke
sekolah. Sangat siap!
“ Indra, mama berangkat
dulu ya sayang? ” Dewi menghampiri Indra dan mencium kening Indra. Indra
menyambutnya dengan bahagia. Dewi berjalan menuju mobil. Indra berlari
menghampiri Dewi dan menarik tangan Dewi. Dewi kaget dan segera menoleh ke arah
Indra.
“ Mama, indra kan belum
salim sama mamah? Salim dulu mah. Mamah hati hati ya? ”
Dewi memeluk tubuh
Indra dan mencium keningnya sekali lagi. Dewi menatap Indra dan tersenyum
“ Iya sayang, kamu hati
hati juga ya. Mbok saya titip Indra ya. Tolong di jaga ya mbok ” Jawab Dewi dan
mengalihkan pandangannya ke Indra dan bergaanti ke Mbok Sum.
“ Baik bu, den Indra
akan saya jaga dengan baik. Ibu jangan khawatir ” jawab mbok sum dengan
senyumnya yang menarik
Dewi segera meluncur
menuju ke kantor, indra juga bersiap berangkat. Mantap sekali ketika Indra
menaiki sepeda barunya. Tangannya di angkat, dan lambaianya begitu semangat ke
arah Mbok Sum. Indra segera menusri jalan dengan cepatnya. Senyum masih
tersungging dari mulutnya. Memang belum jauh indra mengayuh, hanya berberapa
rumah yang ia lewati bahkan gapura saja belum menampakkan diri. Indra dengan
lincah membelokkan sepedanya ke arah lapangan yang sering ia lewati dengan
ibunya. Senyummnya seketika berubah! Semakin mengembang dan menawan. Indra
mempercepat lajunya
“ SANDRAAAAAA!!!! ”
teriak Indra dengan bahagia