AFTER - Chapter Two

Friday, September 30, 2016

AFTER 

( Chapter Two )


Chapter Two
“ Sandra ”

Pagi memang baru saja menyapa. Matahari bahkan tidak teralalu tinggi saat ini. Dua ekor burung nampak menyambangi ranting pohon yang kini terlihat dari sudut ruang keluarga rumah. Berkicau entah apapun itu, namun sangat indah. Sementara ranting  dan daun daun pohon masih basah sedikit bergoyang yang seakan akan  mereka baru saja mandi. Tentu saja! Mereka mandi bersama semalam, karena hujan mengguyur mereka serempak. Bau ebun menyeruak masuk  ke dalam Dewi yang sendari tadi mondar mandir kesana kemari mententeng berberapa lauk dari dapur hidung. Nampaknya rumah Dewi sudah memiliki aktivitas tersendiri setiap pagi. Terlihat mbok Sumilah memasak di dapur sedangkan  Dewi sibuk menata makanan di meja. Pagi perlahan mulai berani sekali menampakkan diri dengan sangat cepat, mentari tak kalah cepat meninggi. Ditengoknya jam dinding di sudut ruang tersebut, ternyata sudah pukul 05.57 WIB. Dewi mempercepat pekerjaannya sambil kemudian menuju ujung bawah tangga, tepat di bawah kamar Indra.

“ Indra? Ayo bangun sekarang saatnya kamu mandi dan berangkat ke sekolah! Mbok
sumilah sudah memasakkan makanan kesukaanmu ” 

Dewi kemudian berlalu masuk ke kamar dan metata  berkas yang akan ia persentasikan pagi ini kepada klien. Nampaknya Dewi sangat sibuk akhir akhir ini. Begitu banyak kertas dan berkas berkas pekerjaan yang berserakan di meja keluarga, bahkan berberapa lembar berjatuhan karena nampaknya Dewi menumpuknya dengan sembarangan

***

Cahaya mencoba menerobos masuk dari celah kecil di kamar Indra. Suara ibunya serasa baru saja ia dengar. Entah benar atau tidak itu suara ibunya, Indra bagun terduduk di ujung ranjangnya. Masih dengan mata begitu berat sekali untuk dibuka pada pagi hari ini, tidak begitu lama Indra untuk bermalasan, karena di depannya terdapat sepeda yang sangat ia inginkan. Indra berjingkat dan melompat sesegera mungkin menuju ke bawah, bersenandung kecil sambil bertepuk tangan. Tidak seperti biasanya yang turun masih sambil mengucek matanya.

“ Pagi mah! Pagi mbok! Indra mau mandi dulu ya ” segera indra berlari ke kamar mandi

“ Indra jangan lari nanti terpeleset! Bajunya sudah ibu siapkan di depan kamar mandi ” Teriak Dewi keluar dari kamarnya sambil menenteng berberaapa berkas dan tas yang ia sematkan di pundak kanannya.

Nampaknya pagi ini Indra sangat bahagia, ia bernanyi sangat kencang di dalam kamar mandi. Entah lagu apa yang terlantun dari mulutnya, nampak sepertinya lagu sahabat atau apalah itu. Detik jam yang biasanya terdengar kini tidak terdengar karenaa nyanyian Indra. Berberapa saat kemudian, Indra sudah nampak begitu rapi keluar dari kamar mandi mengenakan seragam lengkap. Tersungging senyum dari mulut kecilnya yang dilanjutkan senyumnya yang menggoda. Deret gigi putih begitu menggemaskan, jelas sekali nampak kebahagiaan dari rona matanya. Indra melangkah menuju meja makan dengan raambut yang masih acak acakan. Terlihat ibunya sudah ada di meja untuk sarapan

“ Sudah selasai? Cakep sekali anak ibu. Cepat makan. Mbok sudah masak masakan kesukaanmu. Kalau sudah selesai, nanti ibu antar kamu ke sekolah ”

“ Maaah . . . Indra pengen ke sekolah naik sepeda ya mah? Kan sekolah Indra dekat sini ” Pinta indra mendongakkan wajahnya ke arah Dewi. Rambutnya nampak selesai di rapikan oleh mbok Sumilah

“ Lho kenapa memang? Jangan kamu kan sering mamah antar, nanti biar kamu di jemput sama mbok sum pakai motor. Mamah nanti pulang malam karena ada rapat sayang ”

Indra terdiam lesu, cepat sekali? Padahal berberapa menit lalu ia nampak bahagia sekali. Indra memonyongkan mulutnya. Dahinya nampak mengeriyit.  Rasanya percuma jika pagi ini Dewi dan Mbok Sum memasakkan masakan kesukaan Indra, nampaknya Indra tidak menikmati makannannya, terlihat dari bagaimana ia makan. Sesaat begitu sangat sunyi . . .

“ Mah? ” Tanya Indra pelan

“ Iya sayang? Ada apa? ” Jawab Dewi menghentikan sarapannya

“ Mamah hari ini sibuk lagi ya? ” Indra terlihat sangat lesu sekali. Dewi paham apa yang Indra maksut. Tidak tega sekali melihat Indra setelah pertanyaan itu muncul darinya. Indar terdiam menatap piring yang ada di depannya. Tangannya sibuk mengaduk aduk makanan yang tadi ia makan. Dewi memang selalu menyesal ketika harus meninggalkan putranya sendiri di rumah, tak pernah mengawasinya bermain, bahkan untuk sekedar menyapanya saja terasa sulit ketika harus mendapati sudah tertidur di kamarnya. Namun bagaimana lagi, keadaan yang mau tidak mau membuat Dewi sedemikian sibuk

“ Maafkan mama sayang, mama hari ini pulang malam. Mama sangat menyesal tapi mama hari ini ada rapat. Kamu tidak apa apa kan? ”

“ ……………. ” Indra terdiam, terlihat sekali bahwa kali ini dia begitu sedih

“ Maafkan mama, mama kan cari uang sayang supaya mama bisa membelikan kado di ulang tahunmu yang akan datang. Iya mbok? ” Terlihat Mbok Sum memasuki ruang makan sambil membawa air minum dan dua buah gelas kecil. Seakan paham akan arti kedipan mata Dewi, Mbok Sum menghampiri Indra

“ Iya den, mamah kan sayang sama den Indra makanya mamah cari uang buat beli mainan Indra. Lagi pula kan di rumah ada mbok. Nanti kita main sama sama ya? ”

Terlihat senyum sedikt tersungging dari wajahnya, nampaknya Indra mulai paham apa yang dilakukan oleh Dewi. Pikiran anak kecil memang tak serumit orang dewasa, jadi mendengar kata mainan saja  sudah bisa membuatnya bahagia

“ Mah . . . ” seru indra namun kali ini dengan senyum yang menjuntai di wajahnya

“ Iya, apa lagi sayang ” nampak kini dewi telah selesai sarapan, mengelap dengan hati hati bibirnya agar lipstick yang berada di bibirnya tidak kemana mana

“ Bolehlah ma Indra naik sepeda ke sekolah. Kan Indra pengen naik sepeda kado ulang tahun Indra dari mama ” rengek indra. Tak kuasa kali ini Dewi menolak permintaan Indra. Apalagi ia sangat ingin sekali menaiki sepeda pemberiannya. Dewi mnghela nafas panjang dan berdiri dari posisinya. Indra juga nampak berdiri sambil terus memandang Dewi. Dewi nampak bingung mencari sesuatu, kepalanya sibuk melihat kanan kiri dengan sangat cermat

“ Mbok sum? Saya minta tolong ya, bawa turun sepeda yang ada di kamar indra. Indra pengen meakainya ke sekolah mbok ” teriak Dewi sambil mencubit gemas pipi Indra

***

Jam tangan dewi menunjukkan pukul setengah tuju, mobil sudah ada di luar rumah sepertinya sudah sangat siap untuk melaju ke tempat kerja. Indra juga sudah nampak siap menenteng tas berwarna hitam di punggungya. Matanya tak henti henti memandang heran sepeda yang sedang ia tumpangi. Sepertinya ia juga siap melaju ke sekolah. Sangat siap!

“ Indra, mama berangkat dulu ya sayang? ” Dewi menghampiri Indra dan mencium kening Indra. Indra menyambutnya dengan bahagia. Dewi berjalan menuju mobil. Indra berlari menghampiri Dewi dan menarik tangan Dewi. Dewi kaget dan segera menoleh ke arah Indra.

“ Mama, indra kan belum salim sama mamah? Salim dulu mah. Mamah hati hati ya? ”

Dewi memeluk tubuh Indra dan mencium keningnya sekali lagi. Dewi menatap Indra dan tersenyum

“ Iya sayang, kamu hati hati juga ya. Mbok saya titip Indra ya. Tolong di jaga ya mbok ” Jawab Dewi dan mengalihkan pandangannya ke Indra dan bergaanti ke Mbok Sum.

“ Baik bu, den Indra akan saya jaga dengan baik. Ibu jangan khawatir ” jawab mbok sum dengan senyumnya yang menarik

Dewi segera meluncur menuju ke kantor, indra juga bersiap berangkat. Mantap sekali ketika Indra menaiki sepeda barunya. Tangannya di angkat, dan lambaianya begitu semangat ke arah Mbok Sum. Indra segera menusri jalan dengan cepatnya. Senyum masih tersungging dari mulutnya. Memang belum jauh indra mengayuh, hanya berberapa rumah yang ia lewati bahkan gapura saja belum menampakkan diri. Indra dengan lincah membelokkan sepedanya ke arah lapangan yang sering ia lewati dengan ibunya. Senyummnya seketika berubah! Semakin mengembang dan menawan. Indra mempercepat lajunya


“ SANDRAAAAAA!!!! ” teriak Indra dengan bahagia 

You Might Also Like

0 comments

Followers

Total Pageviews

Translate