Image's Source : Google " Vintage Wallpaper " |
Jangan Pernah Katakan
Cinta Padaku
Jangan pernah katakana
cinta kepadaku. Mengapa? Karena aku tak mau dirimu terluka. Mengapa? Memang biarkan
kau mengatakan cinta pada siapapun itu, itu hak mu. Dan hak ku juga untuk tidak
membalas cinta seseorang. Bukan karena apa apa. Tapi aku tak mau membuat dirimu
merasa malu karena kau yang memulainya. Setiap orang berhak mencinta, kepada siapapun.
Setiap orang berhak menolak, daripada siapapun. Kau tahu kan cinta itu tak pernah
bisa dipaksakan apalagi dibeli? Jika kau mampu memaksanya atau bahkan membeli
cintanya, pikirkan kembali apakah itu benar benar cinta.
Jangan pernah katakana
cinta kepadaku,
Jika kau sedikit
pun tak pernah merindukanku. Jangan pernah katakana rindu kepadaku jika kau sedikitpun
tak pernah menghubungiku. Cinta adalah soal bagaimana kita bertahan, bertahan
akan berkomunikasi yang kita jalin, siapapun itu jika dunia memberimu waktu,
kau tak perlu malu untuk terlebih dahulu menghubungiku ? Tidak masalah bukan? Yah,
sama seperti dulu. Jika kau masih saja memaksakan
egomu? Apa jadinya nanti jika kita bertemu setiap saat? Ah, rasanya benar benar
membingungkan? Apakah perlu untuk dirimu
selalu beralasan?
Jangan pernah
katakan cinta padaku, jika kau tak mau rasakan sakitnya rindu. Ya, rindu.
Sesuatu yang bisa membuatmu sakit bukan kepalang. Mengapa? Bukankah rindu yang
tak sampai itu menyiksa? Bahkan rindu yang tersampaikanpun bisa saja berbuah
sakit,.apalagi yang tak tersampai. Percayalah, aku perlahan merasakannya.
Bagaimana dengan dirimu?
Jangan pernah katakan
cinta kepadaku,
Karena aku tak mau.
Kau bisa saja mencintaiku sampai kapanpun, bahkan apapun itu. Tapi untuk diriku
yang kaku ini, aku ingin kau mengartikan sendiri bagaimana perasaanku dengan bahasa
tubuhku saat bersamamu. Aku bukan laki laki yang akan menatapmu dalam dalam
ketika kau berbicara, yang tak akan mengusap kepalamu ketika kau tertawa.
Percayalah aku mengamatimu, mengawasimu. Tak perlu basa basi kutanyakan
bagaimana kabarmu, dengan mendengar suaramu saja aku tahu kau baik baik saja.
Itu lah mengapa jangan katakan cinta kepadaku karen aku tak mau, aku tak mau
mengubah duniamu, canda, dan tawamu, hanya karena aku
“ Maaf ” kataku
“Untuk apa? Kau tidak
melaukan kesalahan apapun, hanya diriku yang sudah lelah menunggu ”
Aku hanya terdiam,
untuk jawaban dari pertanyaanmu itu menurutku hanya aku saja yang tau.
“ Kita sudahi saja,
Aku hanya ingin melihatmu bahagia walau itu bukan denganku ” tutupnya, dan sambungan
telepon terputus
Aku pikir, dulu saat
kau menyatakan cinta kau benar benar mencintaiku? Tapi, sepertinya kau tidak bersungguh
sungguh. Dulu kau mengatakan kau cinta padaku, sekarang? Sepertinya tidak. Tak
lagi kudapati dirimu yang menggebu gebu ketika berada di dekatku, bahkan untuk
sekedar bertelepon kau sudah sangat mengebu gebu. Yah, Padahal aku hanya butuh sedikit
waktu, kaupun sama. Aku sudah berusaha menunggu dan sedikit bersabar, namun sepertinya
tidak untukmu.
Aku memang egois,
hanya mementingkan keinginanku untuk memilikimu dan tidak memikirkan bahwa kau lelah
menunggu. Kukira kau akan bersabar menungguku, tapi sepertinya waktu yang
bagiku singkat itu, ternyata tak sesingkat dan sesederhana itu bagimu.
Jangan pernah katakana
cinta padaku, karna untukku cinta itu hal yang baru. Yang kutahu, cinta tak perlu
diungkakan, cinta terbaca dengan bagaimana kita kepada seseorang yang kita cintai,
tapi kembali lagi itu tidak bagimu. Kini kau sudah lelah. Sudah berada di jalan
yang menurutmu buntu, dan sekarang kau sedang memutar balik untuk mencari jalan
yang lain. Dan akulah jalan buntu itu. Padahal jika kau bisa sedikit bersabar, kuncup
yang dulu selalu kausiram kini telah tmbuh merekah
Selamat Malam. “Bagaimana kabarmu?”. Aku pernah
membca jika air hujan dapat melubangi sebuah batu. Itu dari pepatah yang pernah
aku baca. Entahlah, namun jika kauingin tau, akulah batu itu dan kaulah airnya.
Selamat kuucapkan kepadamu karna kau telah berhasil memenangkan hatiku.Ya! Aku mencintaimu.Tapi,
Apakah kata-kata itu terlambat terucap dariku? Kuharap terlambat tidak ada
dalam kamus bahasamu. Terkadng menjadi laki laki ada tidak enaknya, diriku
selalu berada pada label " memulai " dan kau " menunggu ".
Justru kau yang memulai dulu padahal itu tugasku. Dulu, hujan dengan derasnya
mengikis batu, dan sekarang batu yang keras itu telah hancur. Serpihan batu
menjadi debu. Jika hujan itu dirimu dan aku debu itu, sekarang adalah giliran
debu yang akan terbang menyusulmu, siap tidak siap kita akan turun bersama
sebagai hujan. Satu . Maaf sudah membuatmu menunggu "