Image Source : Google Diamlah! Karena mungkin ini menjadi berat. Tenang saja, kau hanya perlu berjalan sebagai mana mestinya. Tidak perlu takut, karena kau bukan aku. Tak perlu bersedih karena sekali lagi kau bukan aku. Tetaplah berjalan sebagaimana mestinya, jika tidak berjalan sebagaimana mestinya, tutuplah mata dan rasakan bahwa seseorang akan menuntunmu. Atau paling tidak kau pernah merasa bahwa seseorang pernah menuntunmu. Kali...
![]() |
Image Source : Google |
Apa kamu sudah menemukan
jawaban atas pertanyaanku? Apakah kau akan membenci rasa rindu atau kau justru
berbalik mencintainya karena kau kembali kepada sebuah rasa lama yang dengan
sengaja pernah kau tinggalkan? Ah andai saja kamu dulu sedikit saja mau
menunggu, andai saja kamu sedikit saja mau berjuang, dan andai saja kau sedikit
saja lebih kuat, andai saja kau . . . .
Aku tak pernah bilang
bahwa aku sudah berjuang sangat keras, namun aku hanya berusaha sebaik mungkin
dan aku, aku tak akan pernah berfikir untuk kembali. Lagi. Tentu
saja setelah aku pernah mencoba untuk kembali pada persimpangan setelah
berusaha mengejar sosokmu yang tengah berjalan menjauh dari tempat yang pernah
kita janjikan sebelumnya. Padahal kau melihatku berdiri di sana. Namun siapa
yang berhak disalahkan? Aku atau dirimu? Atau kita berdua? Atau bahkan bukan dari
kita berdua? Entahlah, rumit. Mungkin begini saja, kita simpulkan bahwa kita
masih bersikeras dengan ego kita masing masing bahwa kita sudah berusaha dengan
cara kita masing masing, menyangkal
bahwa sebenarnya kita tidak berbuat apa- apa? Bagaimana setuju?
Kurasa itupun pemikiran
yang sama halnya memaksakan keadaan yang nyatanya tidak nyata dan dengan tegas
menyembunyikan kenyataan. Kenyataan bahwa kita tidak pernah berjuang dan
memaksakan bahwa kita harus terus bersama. Sudah, itu saja yang akan aku
yakini.
Bohong bahwa aku akan
melupakanmu. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku melupakan dirimu bahwa kamu
adalah satu satunya yang pernah (sepertinya) aku perjuangkan? Yang
pernah aku tunggu, yang pernah aku prioritaskan, yang pernah mati matian aku lindungi
perasaanmu dengan aku tak mendekati perempuan lain.
“ Aku masih perlu bukti
dari kamu ” jelasmu
“ Bukti yang
bagaiamana? ”
“ Entahlah, aku tidak
tahu ”
“ Begitu pula dengan
diriku. Katakan saja apa yang perlu aku buktikan ”
“ Entahlah, aku hanya
takut saja ”
Empat tahun aku masih
berusaha menerjemahkan apa arti tidak tahu yang kamu ucapkan. Selama waktu itu
aku tak pernah mendekati perempuan lain selain kamu. Selama waktu itu juga aku
berusaha menjaga perasaanmu dengan hati hati, agar kamu tak pernah terluka
karena aku. Dan selama itu juga aku perlahan menuju persimpangan, yang seharunya kita kenang namun sekarang
justru selalu terbayang, yang pernah kita
janjikan setelah sekian lama kita melawan arah meskipun kita tahu tujuan kita
sama. Namun sayang, sepertinya kau lupa. Apa kau memutuskan untuk melupa?
#terserahpadamu
Rembang,
21 Agustus 2018
Image Source : Google Kamu tak perlu menyalahkan rasa rindu yang aku miliki, atau bahkan pernah aku miliki. Jika memang seolah lenyap tanpa bekas. Apalagi kamu seolah tak pernah mau tahu, memang sepertinya tak pernah mau tahu. Atau mungkin kamu mencoba untuk memahaminya? Kurasa tidak. Tapi satu hal yang perlu kamu ketahui, jika kamu membencinya, maka akupun sama. atau bahkan jika kamu mencintainya,...