Nasib akan selalu ada pada kita, kepada kita yang
selalu memiliki kisah. Meski tak semua sama, tapi tetap saja akan ada yang
namanya pemeran utama dan pemeran sampingan. Ya, Kisah seorang pemeran
sampingan yang selalu penuh dengan angan. Aku. Ya, aku adalah pemeran
sampingan, pendamping dalam setiap kisahmu. Mungkin bukan cuma aku saja yang
menjadi pendamping dalam kisahmu. Ada dia, mungkin dia, atau bahkan dia yang
lainnya. Tidak masalah, tapi apakah dengan adanya aku membuat kisahmu lebih
berwarna? Beragam? Memang tidak setiap saat aku memberikan sesuatu yang indah,
adalakanya berkebalikan. Tidak apa2 kau akan belajar, semakin baik. Semakin
mantap melangkah ke depan. Tenang saja, peran ku sebagai pendamping akan tetap
sama, selalu ada sampai tugas pemeran utama selesai. Aku akan menjadi pendengar
yang baik.
Hanya saja, ada hal yang aku takutkan. Bahwa sebuah
kisah akan selalu sama. Memiliki akhir, dan aku tahu itu, kamu juga bukan?
Terlebih, akhir seperti apa yang menunggu sebuah kisah di akhir. Apakah kita
bisa menentukannya? Apakau aku bisa menentukannya? Apakah kamu bisa selaku
pemeran utama? itulah yang ingin aku pelajari, adakah nasib yang bisa di ubah?
Jika ada aku ingin. Walau aku bukan pemeran utama dalam kisahmu, aku ingin
sedikit mengubahnya, mencoba memundurkan nya sedikit. Sedikit saja supaya tidak
ada kekecewaan di akhir. Mungkin yang lain sama, bukan hanya aku saja. Aku
masih saja teringat, seseorang pernah bertanya
" Kenapa
Tuhan mengambil orang itu "
dan selalu sama jawaban yang aku dengar
" Kamu
tahu, jika kamu diberikan 2 pilihan bunga bunga mana yang akan kamu ambil? Yang
masih bagus atau sebaliknya "
Ya, tidak usah di lanjutkan. Kita tahu, aku tahu,
kamu tahu, semua tahu. Bahwa ada sesuatu yang tidak akan dapat di ubah jika
sudah ada di tentukan sebelumnya. Kau pemeran utama terkadang tidak memiliki
kuasa akan kisahmu, apalagi aku. Pemeran utama atau tidak, kita akan sama2
menunggu. Tinggal siapa yang terlebih dahulu dipanggil. Di sini tiba tiba saja
mendung. Apa semesta mendukungku? Bahwa nyatanya aku membenci diriku ketika aku
tau bahwa kini raga dan jiwamu tak lagi bersatu. Kau mendahuluiku, kau mendahului kami.
Teruntuk
sahabtku . . . .
Rembang, 14 April 2020