Lisria dan Bukunya part 1
Monday, November 24, 2014
Suara terdengar lirih
ketika dia memutuskan untuk memulai pembicaraan. Nafasnya begitu berat, begitu
juga suaranya terdengar semakin lirih dan gemetar. Mulutnya yang kecil tak
kuasa untuk segera melontarkan apa yang ada dalam benaknya sejak dulu.
“ Tuhan, aku selalu membatasi diri dengan
siapapun orang kecuali dia. Ya, dia yang selalu dalam naungan mu. Dia yang
selalu aku sayangi dengan kuasamu. Ake merasa berdosa jika memperlakukan dia
sama seperti yang lain . . Karena pada kenyataannya dialah yang spesial dalam
dunia ini. Ini adalah kisahku dan kisahmu yang orang lain tidak akan pernah ada
yang mengerti akan situasi ini, arti kata kasih sayang dan cinta bagi kita yang
memang konyol namun berbeda dengan hubungan manusia-manusia yang lain. Tak
merasa memiliki namun merasa takut untuk kehilangan, semacam tak memiliki namun
saling mencemaskan, semacam tak memiliki namun saling memngingatkan, dan
semacam tak memiliki namun saling mendo’akan. Yah, karena mendoakanmu merupakan
kebiasaanku dan aku tidak akan lelah melakukan hal itu. Aku tidak tahu hubungan
kita ini nanti , karena hubungan yang tidak ada batasan pasti ini sewaktu-waktu
mungkin bisa berakhir. Dan aku tak mungkin sanggup jika harus berakhir bukan
karena dirimu dan bukan bersamamu. Bagaimana aku telah berupaya mencegahnya,
bagaimana aku telah mebiasakannya, yah membiasakan untuk tetap tegak tanpa
adanya dirimu yang menemaniku di sini. Dan aku telah mencobanya berberapa kali,
namun aku sadar bahwa pada dasarnya aku benar-benar tersiksa untuk melakukan hal
itu, sangat tersiksa. Dan hal yang selalu membuatku bingung, Tuhan selalu
mengembalikanmu lagi dalam kehidupan ku, selalu menjagaku disini meskipun kau
tak pernah nyata berada dalam sisiku. Apakah kita memang ditakdirkan untuk
tidak berpisah? “
Air mengalir seiring
dengan berakhirnya cerita. Cerita yang sebenarnya tidak igin aku diceritakan
kepada siapapun. Cerita yang sebenarnya harus kukunci rapat, cerita tentang
kasih sayang tentang 2 insan yang harus disimpan dengan baik. Kulihat kantung
mataku yang besar kini semakin beranak karena desakan air mataku. Tangan yang
kaku mulai ku tarik untuk menghapus air mata agar tidak membekas pada pipiku.
Dengan nada mengimbangi suasana yang ada, aku mencoba menenangkan diri.Dalam
hati ini aku mulai bergeming berbicara
“ jodoh memang ada di
tangan kita, tapi Tuhan lah yang akan menentukan dengan siapa kita berjodoh
nanti. Jika ini kesempatan yang bagus untuk saling percaya, jaga dan rawat
kepercayaan itu. Manfaatkan sebaik mungkin ”
Dia pun kembali menangis,
air matanya mulai membasahi pipinya kembali. Dengan nada yang hampir sama
dengan nada sebelumnya, dia mulai berbicara . .
“ Aku mulai kembali lagi
meratapi kisahku dan kisahnya . . . . . Aku mulai berfikir sejenak tentang masa
yang akan terjadi nanti, bagaimana aku akan melanjutkan hidupku jika sewaktu
waktu dia meninggalkanku. Aku bisa menunggunya sampai dai dewasa nanti, Aku
akan menantikan saat itu “
Aku tersenyum kepadanya .
.
0 comments