Image Source : Google |
“ Apa kau sudah sembuh? “
“ Siapa? “ jawabku singkat
“ Kamu . . . “ tambahnya
“ Aku? Tapi aku tidak merasakan
sakit apapun? Tubuhku baik – baik saja”
“ Hatimu . . . . “
Aku gelagapan bagai diterpa angin
kencang. Aku sejenak terdiam, berusaha untuk tetap tenang. Aku menatapnya
kembali dengan sungguh sungguh. Tiba – tiba banyak pertanyaan yang tiba – tiba muncul
di kepalaku. Bagimana dia bisa tahu? Darimana dia tahu? Apakah aku pernah
bercerita? Tidak . . . tidak . . . aku tidak pernah menceritakannya kepada
siapapun. Ah . . . sial, pertanyaanya kembali mengingatkanku. Mengingatkanku? Bukankah
aku selalu ingat? Bahkan sepertinya aku tidak pernah mecoba untuk melupakan. Mencoba,
tapi tak kunjung lupa juga. Atau mungkin terlalu berharga? Entahlah . . . .
“
Bagaimana? “
“
Hah? “
Dia tersenyum. Tidak ada beban
tidak ada indikasi memaksa untuk aku bercerita. Tapi justru dengan itu rasanya
dipaksa untuk bercerita. Dipaksa secara halus. Mungkin memang sekarang saatnya
harus terbuka
Aku menghela nafas panjang . . .
.
“
Tidak tahu. Haruskah aku mengatakan bahwa aku telah sembuh? Atau aku belum
sembuh “
“
Lantas “
“
Bisa, atau mungkin sudah? “
“
Lalu? “
“
Kamu tahu rasanya melupakan orang yang kamu cintai dalam waktu lama? Apakah bisa
semudah itu? Secepat yang kamu mau? “
“
................. “ dia terdiam
“
Bahkan ketika kita berpisah tanpa ada masalah? Dia tiba tiba menghilang dan
mundur? “
“
Aku bahkan tidak tahu siapa yang harus disalahkan “
“
Kamu menyalahkan dirimu? “
“
Mungkin? Aku tidak tahu . . . atau memang sejak awal ini sudah salah? “
“
Salah? Dalam hal? ”
“
Sejak awal kita sudah berbeda ”
“
Oh . . . maaf ”
“
Tidak masalah, tidak perlu minta maaf “
“
Itu sebabnya kamu belum membuka diri? “
“
Sepertinya, tapi tidak bisa selamanya. Karena aku sudah terbiasa “ aku memberikan senyum kepadanya
Lega. Sepertinya semua beban
dipundak sudah hilang. Benar. Sepertinya aku harus bahagia sendiri. Dengan caraku
sendiri. Kamu sudah bahagia juga kan disana? Tidak apa-apa? Untuk itu sekarang
mungkin giliranku. Izinkah aku untuk bahagia juga. Kita akan sama – sama bahagia.
Entah dengan cara yang berbeda atau sama, entah juga dengan orang yang sama
atau berbeda. Sepertinya dengan orang yang berbeda. Tidak apa bukan? Setidaknya
kita pernah menjadi segalanya bagi satu sama lain.
“
Bagaimana? Sudah sembuh?
“
Sudah “
Rembang,
30 September 2022
#dengankusaja