Sebenarnya Kita Ini Apa?

Sunday, January 30, 2022



 Image Source : Google


Sorot lampu menerangi diriku yang berjalan di pinggir jalan sendirian. Lengkap dengan rembulan yang menemani sepinya malam melewati taman kota. Sejenak diriku menghentikan langkah, menarik nafas dan menghembuskan nafas pelan sambil menoleh pada bangku taman di bawah tiang lampu di sudut taman. Teringat kembali dulu diriku berjalan bersisihan, denganmu di taman kota ini. Lengkap dengan kemeja putih dan celana jeansmu, sangat jelas terlihat pada malam itu yang temaram. Wajahmu yang tenang diterpa oleh sinar rembulan, membuatu tidak mengkhawatirkan apapun pada saat itu. Semua akan baik baik saja. Seperti saat itu, kita duduk saling berhadapan, tanpa sepatah kata apapun kita tahu bahwa semua akan baik baik saja. Sedikit senyum, kau sudah membuatku tidak mengkhawatirkan apapun lagi, sama sekali.

 

Kita sudah mengenal sangat lama bukan? Sepertinya begitu. Tapi sepertinya diriku takut terlalu takut untuk memulai sesuatu. Terlalu nyaman untuk tidak berbuat sesuatu yang nantinya membuatku kehilangan dirimu, dirimu yang sudah terlalu lama ada tanpa harus diminta walau tanpa ada rasa di dalamnya. Ingin rasanya aku berada di posisi laki – laki itu, yang senantiasa melihatmu tersenyum bahkan sampai matamu hanya terihat segaris. Menggenggam lenganku ketika dirimu tertawa sampai kepalamu bersandar pada pundakku. Diriku hanya ingin kau melakukan itu kepadaku, tidak dengan yang lain. Tapi, diriku ini siapa?

 

Namun, bukankah aku sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik? Setidaknya selalu ada untukmu. Ketika dirimu sedih, siapa yang akan kau datangi? Ketika kau menangis, pundak siapa yang kau jadikan tumpuan? Ketika kau mengeluh, telinga siapa yang kau pinjam. Dan ketika kau terluka, siapa yang pertama memberimu pelukan? Hampir. Semuanya hampir. Aku hampir menjadi yang terbaik, dan kau mungkin hampir tertarik. Tapi kembali lagi, mungkin itu hanya diriku yang merasakannya, dan kau tidak. Tidak ada yang bisa diperbaiki sekarang, karena memang semuanya hanya hampir, dan tak akan pernah sampai menjadi utuh. Karena diriku tak punya sesuatu yang pantas agar dirimu bisa melihatku. Menyedihkan bahwa ternyata selalu ada tidak akan pernah cukup.

 

Kembali diriku melangkahkan kaki meninggalkan taman kota. Dengan pikiran yang kembali datang meski sudah berusaha kuat untuk di buang. Sejenak aku kembali berpikir tentang apa yang sejak dulu menjadi pikiran dalam diriku

 

 

“ Sebenarnya kita ini apa? ”

 

 

 

 

#terserahpadamu

Rembang, 30 Januari 2022

You Might Also Like

0 comments

Followers

Total Pageviews

Translate