Mungkin . . .

Friday, February 23, 2024

 

Mungkin aku mengerti, sepenuhnya . . .

Mungkin . . .

Taoi sepertinya tidak

 

Aku mengerti bahwa segalanya telah berubah. Sekarang. Semuanya? Benar semuanya. Namun mengapa aku masih merasa bahwa aku masih dalam tahapan tidak mengerti, atau tidak mau mengerti mengapa aku kecewa pada pilihan yang kita sepakati. Sepakati? Kita? Benarkah kita pernah pada tahapan sepakat? Bahkan aku berpikir benarkah itu sebuah pilihan? Bukankah kita tidak pernah berhadapan dengan sebuah pilihan? Atau pilihan yang sebenarnya sengaja kita lewatkan?

 

Aku mengerti bahwa kamu Lelah. Namun aku tidak mengerti mengapa kamu tidak berusaha lebih. Maaf. Sekali lagi maaf, akulah yang salah. Aku mengerti. Maaf aku selalu menyalahkan dirimu yang nyatanya bahwa dirikulah yang salah. Aku selalu menyalahkan dirimu karena kamu tidak berusaha lebih sedangkan aku sendiri hanya diam, berkelut dengan pikiranku sendiri, tanpa gerak tanpa usaha, tidak seperti dirimu. Maaf dulu aku tidak berani, bahkan sampai sekarang. Dan aku menyesalinya. Kamu pergi selamanya, masih ada namun tak akan pernah dapat digapai.

 

Aku mengerti mengapa pada akhirnya kita berakhir. Kamu menyerah dengan segalanya, akupun sama meski tanpa menyadarinya. Berakhir? Benarkah? Bahkan kita tidak sempat memulainya. Berakhir tanpa sebab. Berakhir tanpa komunikasi yang berjalan dengan baik. Benar, aku menyesal akan hal tersebut. Andai saja kita mampu berkomunikasi dengan baik, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi. Andai saja diriku berani, ceritanya akan berbeda tentunya. Aku mengerti bahwa semuanya telah berakhir, tapi mengapa aku masih merasakan cinta pada sorot matamu, sikapmu. Matamu menampakkan cinta sekaligus duka

 

Aku mengerti dirimu. Tapi aku tidak mengerti mengapa kita tidak menjadikan hubungan kita sebagai alasan untuk kita berjuang lebih, bersama – sama. Saling mengingatkan. Berjuang untuk aku dan kamu. Kita. Maaf, aku Kembali menyalahkanmu hanya karena akum alu mengakui bahwa aku tidaklah mampu berjuang.

 

Aku mnegerti bahwa kamu mencintaiku. Aku mengerti betapa besarnya cintamu, tanpa kamu berucap. Aku mengerti. Tapi mengapa kamu dengan mudahnya melepaskan semuanya. Maaf, pasti tidak mudah bagimu bukan? Bahkan pada saat ini sampai detik Dimana dirimu bersanding dengan lelaki lain.  Maaf telah membuatmu tersiksa dengan segala apa yang terjadi, dengan segala ketidakmampuanku. Yang kamu pendam sendiri. Aku mengerti, percayalah padauk, walaupun akhirnya semua telah terlambat. Namun aku masih tidak mengerti mengapa akun masih menyangkal semuanya dengan berat hati, mengelak dan tentu saja tidak mau menerimanya. Menerima bahwa semua telah berakhir.

 

Sekarang aku mengerti arti pesan singkat yang kamu kirimkan kepadaku tertanggal 23 desember 2023. Kamu bilang aku sedih. Aku bertanya mengapa namun kamu tidak membalasnya. Dan sekarang aku tahu, semuanya. Maaf, sekali lagi maaf. Menyesal tidak akan membalikkan keadaan seperti semua. Namun dengan tulus aku meminta maaf.

 

Maaf . . .

Sekali lagi aku minta maaf, karena aku tidak berani . . .

Tidak berani membicarakan dengan jujur, tidak berani berjuang untukmu . . .

Maaf, kamu telah kecewa karena ku, dan maaf karena kamu tersiksa dengan perasaanmu padauk . . .

Sekarang aku mengerti, bahwa kesalahan sepenuhnya ada pada diriku, maaf telah menyalahkanmu sebagai bentuk ketidakmampuan diriku. Namun, setelah semua sekarang terungkap, akankah aku bisa melwati tahapan ini kedepannya? Tanpa ada perasaan menyesal dan bersalah yang tertinggal?

 

Mungkin

 

Tak lupa selamat, aku turut bahagia dengan kamu yang sekarang.

 

 

Rembang, 23 Februari 2024

Terimakasih untuk segalanya

You Might Also Like

0 comments

Followers

Total Pageviews

Translate