Tak Lagi

Friday, October 23, 2020


Image Source : Google


Pagi kini kembali. Sepi bukan karena merasa sendiri. Hanya saja kini tak sama lagi. Kembali menepi, meresapi, dan menggali kembali memori yang sudah lama disusun rapi sehingga kini mati terpatri. Tak akan bisa pergi tak akan bisa diulang kembali. Kamu yang dulu membuatnya tersusun rapi, kini tak ada lagi. Pergi. Dan kini, semua hanya bisa aku nikmati, sendiri. Tanpa kamu yang ada di sini. Tak lagi, tak lagi ada yang menemani.

 

Ingin sekali memelukmu sebelum pergi. Dengan erat, sampai aku merasa bahwa kau adalah milikku seorang. Tak ada orang lain. Merasakan bahwa aku bisa memilikimu seutuhnya. Tanpa syarat, tanpa menuntut balasan. Cukup, biar aku yang merasakan. Kamu tidak perlu jika tidak mau. Atau seperti ini, aku berpura – pura diam saja duduk di kursi pojok sana. Menunggu. Sampai aku terkantuk dan mungkin saja aku terjatuh sehingga kamu menghampiriku dan memberikan pangkuan yang nyaman. Ah sungguh liar. Tidak tidak

 

Terlalu lama kita bersama. Tanpa kata seharusnya kita paham semuanya. Nyatanya. Tidak. Aku hanya terlalu berasumsi bahwa dengan berdiam diri saja semuanya akan baik baik saja. Sesuai rencana tanpa kendala. Tidak, sekali lagi tidak. Aku hanya terlalu berharap. Sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan.

 

 

“ Apa aku bisa mempercayaimu? ” kenangku

 

“ Tenang saja, aku laki laki yang keras kepala. Aku akan menunggumu ” sahutku

 

 

Membuatku menunggu, sangat lama. Bahagiakah kamu? Lelah rasanya harus berjuang sendirian, sedangkan kamu bahagia dengan orang lain. Ingatkah kamu ketika kamu meminta kepastian? Sudah kuberikan. Balasan? Tak pernah kudapatkan. Menyalahkan keadaan? Tidak. Hanya saja mungkin aku salah mengartikan kebaikan. Mengartikan semua kebaikan yang kamu berikan. Mungkin saja memelukmu akan menjadi angan. Tak dihiraukan, ditinggalkan dan akan selalu menjadi kenangan. Bukan begitu?




                         Rembang, 24 Oktober 2020

                         #terserahpadamu


You Might Also Like

8 comments

  1. kata orang berawal dari harapan kemungkinan - kemungkinan itu terus ada, maka jangan berhenti berharap

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar apa adanya mas, tapi hidup juga terus berjalan. Jadi dinikmati saja hehe

      Salam kenal

      Delete
  2. Replies
    1. Mohon maaf situ " can relate " sama apa aja haha

      Delete
  3. Masalahnya, menyalahkan keadaan juga enggak akan mengubah apa-apa. Menyalahkan diri sendiri juga tanda enggak menghargai diri. Menyalahkan dia yang pergi, tapi rasa enggak bisa dipaksa. Ahaha. Bingung-bingung dah selain cuma bisa menikmati luka dan sepi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau sudah terjadi ya mau bagaimana lagi. Menyesal sudah menyalahkan keadaan, diri sendiri, dan dia. Biarkan semua mengalir. Tuhan sudah mengaturnya haha

      Delete
  4. Nggak ada yang bisa disalahkan, sih. Mencintai adalah hak semua orang. Dibalas, ya itu urusan belakang.

    Hehe

    ReplyDelete
  5. Anggap saja bukan jodoh terbaik.
    Daripada kedaan dipaksakan malah nantinya akan jadi bumerang, yeikaaan ? :)

    ReplyDelete

Followers

Total Pageviews

Translate