INA

Monday, January 19, 2015


“ Berkenalan denganmu adalah hal yang paling aku sesali dari semua perkenalan yang ada ”

Ina, sebut saja dia begitu. Nama yang aku ambil dari gabungan berberapa kosakata inilah yang sengaja aku ambil untuk memanggilmu. Wanita yang cukup aku segani untuk sedikit waktu. Kusegani karena kau berbeda, kau sama halnya dengan sesuatu yang tak pernah aku lihat sebelumnya, karena kau spesial. Wanita yang sering mengerutkan dari ketika kebingungan, wanita yang sering tertawa lebar karena bercanda dengan orang lain. Tapi tidak pernah untuk aku kan? Aku bahkan sering mengajakmu bercanda, tapi hanya senyum kecil bahkan tertawa yang seakan terpaksa demi menjaga perasaanku dedepan orang lain. Wanita yang sering tertawa lebar, tapi bukan untuk aku. Wanita yang memiliki fisik tak seindah fisik yang diharapkan wanita lain, tapi itu yang membuatmu beda.
Pertemuan kita singkat, kau mengajakku duduk dipojokan gedung tua yang disebut aula atau apalah terserah kau menyebutnya apa, mengajakku bicara serius perihal masalah yang aku buat. Aku sebagai anak baru memang bodoh dan selalu mengacau, justru dengan begitu aku bisa menilai dirimu. Dirimu yang selalu menasihati diriku. Sempat aku mengingat apa yang telah coba kau sampaikan kepadaku, “ Apa yang telah kami lakukan, saya perwakilah mohon maaf ya. Kamu mau maafin kan? “ justru itulah salah satu hal yang membuatku bangga padamu. Kau yang mau meletakkan mahkotamu demi orang lain. Berlanjut untuk sekian waku yang sekarang kunilai tak perlu. 15 Desember 2014, tepat dimana sebuah event besar diselenggarakan, kuamati kau dari sudut tempat parkir yang masih terhalang oleh bangunan bangunan tenda besi yang masih saja tetap reyot, itupun tak menghalangiku untuk tetapi melihat dan mendengarmu dari sudut yang sangat jauh dari jangkauanmu. Itu karena aku terbilang mengagumimu. Kau selalu berusaha tersenyum kepadaku, sampai pada tanggal 15 Desember 2014 bertepatan dengan event  aku mengetahui apa yang ada dibalik senyummu itu. Aku merasakan bahwa sikapmu dan orang lain yang sama sama mendekatiku berbeda. Berbeda dengan orang yang aku benci, dia lebih tulus ketika dia mengajakku untuk bermain atau sekedar cerita. Kau juga cukup berbeda, kau terlampau lebih tidak tulus dibandingkan dia yang sempat aku benci. Kau hanya mencoba untuk menjaga sikap, menjaga perasaanku saj karena kau tidak ingin menyakitiku. Bukan begitu. 14 Januari 2015, 1 bulan setelah tiraimu terbongkar, aku mencoba untuk tidak menyapamu walaupun kau berusaha menyapaku berulang kali. Pukul 10:21 WIB 14 januari 2015, kau bertemu denganku. Tetapi aku hanya melihatmu sambil berlalu. Bukankah seharusnya kau tidak usah bermain topeng karena aku juga tidak memainkan topeng didepanmu, INA? Akupun salah mengenalmu, apalagi mengaggumimu. Untukmu INA



“ Kuanggap itu hanyalah hadiah perkenalan dariku saja yang mungkin bagimu itu sia-sia, sia-sia bagiku juga mengagumi orang yang salah. Bukan begitu? “

You Might Also Like

6 comments

Followers

Total Pageviews

Translate