Lisria dan Bukunya Part 2

Tuesday, January 13, 2015




Tanpa sengaja aku melihat lembaran-lembaran catatan rapi bertuliskan tangan mencuat dari buku hariannya. Aku memberikan isyarat bahwa aku ingin membacanya dan dia hanya mengangguk kecil. Dia mengizinkanku untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kantung matanya masih menggantung berat ketika kulihat dari celah lembaran buku yang aku buka. Aku memahami itu, karena dia adalah wanita tangguh yang sudah kuat. Yang dengan kuatnya menahan beban dengan sendiri. Aku terhenti ketika membuka lembaran catatan kecilnya dengan judul 30 Desember 2014. Aku perlahan untuk membacanya . . .

30 desember 2014

" Hari ini aku menulis ini, karena aku ingin menulis ini Menulis bagaimana tentang apa yang aku rasakan selama ini. Kamu tahu bagaimana rasanya ini..apa yang aku rasakan dalam hidupmu tentang yang sedang aku lakukan bersamamu dan tentang apa yang akan aku lakukan untukmu nanti.. Kamu tahu bagaimana ada seseorang yang berdiri kokoh disini menunggumu setiap waktu Kamu tahu bagaimana rasa sakit yang aku rasakan untuk menunggu waktu,menunggu mu Menunggu dlam segala hal tentangmu. Kamu selalu buat aku menunggu . Menunggu dalam segala hal. Kamu tahu bagaimana rasanya itu?apakah kamu pernah berfikir bagaimana rasanya itu?

Tidakkah kau terlalu Bodoh untuk aku tunggu??

Pernahkah kamu akan berfikir hal semacam itu..Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan itu,,tapi kamu selalu membiarkan aku untuk melakukan itu...Kamu bahkan tidak memelukku seutuhnya untuk hal ini..Kamu biarkan aku menderita karena kau sendiri..tanpa pernah kau tahu itu..
Kamu bahkan hanya meyakinkanku dengan kata kata bahwa kau sangat mencintaiku, tapi bagaimana dengan konkritmu. Akun pun mulai merasa titik jenuh membenci dengan abstraksmu. Kenapa kamu terus melakukan itu . Apa aku adalah orang yang pantas untuk kamu buat agar menunggu.. Aku ikhlas dan bersabar karena aku begitu mencintaimu...aku hanya meyakinkan diriku sendiri bahwa aku akan baik baik saja melakukan ini...Aku tak berharap kau akan mengerti bagaimana rasanya ini. Seperti itu aku mencintaimu. Aku menunggu Aku menunggu hingga kehilangan makna. Sampai titik yang tak akan ada puncaknya. Tapi aku tetap menunggu. Bukan menunggumu, namun menunggu waktu agar kau bisa memahami hal tersebut.

I’ll wait "


Aku menutup bukunya dan sekali lagi memandanginya. Mungkin dia tahu apa yang seharusnya saya katakan setelah aku membacanya. Namun sekali lagi dia hanya tertunduk lesu dengan masih kantung mata menggantung berat di bawah matanya yang memerah.

You Might Also Like

0 comments

Followers

Total Pageviews

Translate