Hai? Mungkin ini sapaan pertama kita setelah sekian lama kita tak pernah bertegur sapa. Sangat dingin meskipun dilapis dengan senyum hangat. Kita begitu diam kali ini, entah mengapa. Kita berjalan beriringan menuju meja yang telah kita pesan. Aku menarik kursi untukmu, namun kau mencegah untuk kesekian kalinya. Bukankah itu sama seperti dulu. Kau pegang tanganku sambil tersenyum manis dan menggelengkan kepalamu. Senyummu berusaha...
Dulu, jalan di depan rumaku nampak begitu sempit, apalagi ketika aku menyusurinya bersamamu. Namun sekarang jalan ini begitu luang dan bahkan sangat lengan untuk aku lalui sendiri. Bagaimana denganmu? Apa kamu juga merasa sama dengan apa yang aku rasakan? Sepertinya tidak Aku kembali memikirkan saat itu. Terlintas jelas saat aku membanting buku tepat di depanmu disaat kamu memandang tegang pada layar komputermu. Konyol...
AFTER ( Chapter Two ) Chapter Two “ Sandra ” Pagi memang baru saja menyapa. Matahari bahkan tidak teralalu tinggi saat ini. Dua ekor burung nampak menyambangi ranting pohon yang kini terlihat dari sudut ruang keluarga rumah. Berkicau entah apapun itu, namun sangat indah. Sementara ranting dan daun daun pohon masih basah sedikit bergoyang yang seakan akan mereka baru saja mandi. Tentu saja!...
Apakah salah menjadi seorang anak? Ketika harus member tahu kepada mereka bahwa mereka pernah salah? Tidak sepenuhnya orang tua benar. Dunia itu berkembang, begitu juga dengan ilmu pengetahuan. Anak hanya berusaha tetap menjadi anak yang baik dan penurut. Selalu menaati aturan orang tua dan berani menegur orang tua jika salah. Tak ada salahnya kan jika anak memberikan pengertian yang baik kepada orang tua?...
AFTER Chapter One “ Wish ” Hamba Tuhan memang selalu berharap Kuncup akan selalu berharap untuk merekah Ketika harus Luruh sebelum merekah . . . Bukankah Tuhan merencanakan hal yang lebih baik? Luruh dan menjadi penghidup bagi sekitanya Remang cahaya menerangi sudut ruang yang tak begitu besar, namun cukup luang untuk malam ini. Dingin angin malam perlahan masuk menerobos jendela yang menganga...
" Sampai jumpa lagi, semoga kau mendapatkan yang terbaik . . . " Malam begitu gelap dan hujanpun begitu dingin. Tak ada bintang tak ada rembulan, bahkan cakrawala berhasil menutupi semua, semua tanpa sisa. Kelam? Bukan. Sendu? Iya. Sendiri menatap jalan lurus gelap yang ada di depan. Entah kenapa jalan begitu tidak bersahabat, terjal dan licin. Sedikit lamunan saja dapat membuatmu jatuh. Jatuh...
Jika memang saat ini
yang dibutuhkan hanya kedewasaan, maka aku akan berusaha menjadi dewasa. Tepat
hari ini adalah hari dimana aku lahir tepat 21 tahun yang lalu. Aku sangat
bersyukur bisa melewati apa yang seharusnya aku lewati baik itu dengan baik ataupun
penuh masalah. Namun kali ini aku harus cukup sabar. Alarm berbunyi cukup
kencang pada pagi kali ini, aku memang mesettingnya dengan volume nada yang
paling keras mengingat hari ini aku berulang tahun. Lucu memang, di usia yang
sudah terbilang dewasa masih saja mengharapkan sesuatu yang hanya patut
diterima oleh anak anak dibawah usiaku. Kalau piker di umur yang sekarang ini,
uacapan seperti “ Selamat Ulang Tahun ya! Semoga panjang umur ” atau “ Happy
Birthday ya kawan ” memang sudah tidak begitu penting, tapi aku selalu
menantikannya. Sungguh dari siapapun itu, terlebih dari orang tua dan keluarga.
Namun kali ini begitu beda, SEPI!
Apa yang sebenarnya
membuat sepi? Sebenarnya ada sesuatu yang cukup mengganggu ketenangan hari ini.
Kenapa tidak? Tiba tiba bapakku tidak berangkat karena masalah kesehatan. Jadi
semua perhatian tertuju kepada bapakku. Aku juga mencoba membiasakan diri dan
bersikap biasa. Bahkan aku tak berani menyinggung ibu soal hari ulang tahunku.
Tidak biasanya ibu lupa hari ulang tahunku karena setiap aku bangun pagi hari
di hari ulang tahunku aku selalu di sambut dengan ibu dan segala doanya. Namun
kali ini tidak dan aku berusaha bersikap biasa layaknya tak ada yang special
pada hari ini. Mungkin ibu juga lelah karena mengurus rumah sekaligus bapak.
Aku paham, sangat paham
Kualihakan kegiatanku
setelah membantu ringan ibuku dengan bermain handphone dan menjelajahi social
media. Aku memang sengaja menghilangkan tanggal lahirku di Facebook agar
mengecek apakah teman temanku ingat aku ulang tahun pada hari ini? Rupanya
tidak. Pikiranku mulai bosan dengan hari ini, apa mungkin ada yang salah?
Aku tiduran sambil
melihat ibu masuk membawakan bubur dan dengan sabar menyuapi bapak. Aku sedikit
berpikir apakah aku ini egois? Ada perasaan sedih sebenarnya, namun bukan
karena tidak ada yang mengucapkanku selamat, namun lebih ke ibu yang sendiri
mengurus bapak ketika sakit dan aku tak mampu berbuat banyak. Dewasalah kamu
mam, mulailah berpikir bahwa orang tuamu tidak lupa, namun mereka terlalu sibuk
dengan hal yang lebih penting buat diriku dan keluarga. Kali ini aku menganggap
bahwa ucapan tidak perlu dan sangat tidak perlu. Aku yakin bahwa bapak ibu dan
keluarga tidak pernah berhenti mendoakan diriku sekalipun mereka dalam keadaan
terburuk sekalipun. Bahwa tak perlu di ungkapkan dengan kata kata, dengan
melihat sayang mereka aku tahu bahwa mereka sangat sayang dan terus
mendoakanku. Terima kasih, terima kasih banyak . . . aku sungguh sungguh
mengucapkan terimakasih pada kalian
Sampai saat ini ketika
ada yang mengirimku pesan untuk sekedar basa basi mengucapkan “ Selamat ulang
tahun ya ” atau semacamnya benar benar membuatku terharu. Sungguh terharu. Dan
yang paling membuatku haru ketika pukul 19.37 WIB tiba tiba teleponku bordering
“ Halo omi? Selamat ulang tahun ya? Aku lupa kalau hari ini kamu ulang
tahun ”
Ya, telepon dari
kakakku. Ternyata dia mengucapkan juga walau sebenarnya aku juga sudah biasa
dengan situasi hari ini. Namun ini lebih membuatku bahagia sekaligus haru.
Kenapa? Karena kami begitu dekat sebagai kakak adik. Sungguh dekat
“ Aku membuka kalender hanya sekedar melihat besok tanggal berapa dan
ternyata kamu hari ini ulang tahun. Selamat ya, Barakallah. Semoga menjadi
pribadi yang baik, sholeh, nurut sama bapak ibuk, dan jadi anak dan adik yang
membanggakan ”
Jujur, Rasanya ingin
menangis. Aku berusaha menjawabnya dengan nada suara biasanya walaupun
sebenarnya berat. Setelah itu aku yakin, bahwa keluarga selalu ada dan
mendoakan begitu juga teman. Terima kasih banyak, sungguh
An old proverb says, 'Real friends are those who laugh with you in the joy and began to cry when distress'. The statement above may be true. Having a true friend is more valuable than have many friends that are only on when they need you Maybe this time you have a lot of friends around you. Thanks to the easy-going personality, cheerful...
Jika kehidupan adalah selembar kertas putih yang cukup panjang, maka Tuhan adalah penentu terbaik apa yang akan terjadi pada selembar kanvas tersebut. Jika segaris saja mampu menentukan segalanya, maka itu bukan hal yang mustahil. Bahkan tak sulit untuk menghapus atau mengulanginya dengan garis dan alur yang baru. Percayalah bahwa kita sebenarnya digambar dalam garis yang sama, warna yang sama, dan pola yang sama....